Kamis, 05 Juli 2012

Sosialisasi CEPA RI-Uni Eropa di Pontianak





APINDO telah mengadakan sosialisasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) tanggal 2 Juli 2012 antara Indonesia dan Uni Eropa di Pontianak di hadapan 300 pengusaha dari seluruh Indonesia.

Pembicara dalam sosialisasi ini antara lain:
- Ketua DPN APINDO Sofjan Wanandi
- Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN Julian Wilson
- Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Iman Pambagyo

Bagi rekan-rekan yang ingin memperoleh press release acara tersebut, silakan klik link berikut ini:

http://www.facebook.com/notes/apindo-eu-active-project/press-release-sosialisasi-cepa-ri-uni-eropa-pontianak-2-juli-2012/163138997153844

Press Release Sosialisasi CEPA RI-Uni Eropa, Pontianak, 2 Juli 2012
 
Pontianak – Kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa dapat membuka peluang perdagangan dan investasi yang lebih besar bagi kedua mitra. Namun diperlukan peran aktif dan kesiapan pelaku usaha nasional untuk menghadapi kemitraan ini. Hal itu mengemuka dalam acara sosialisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) Indonesia-Uni Eropa kepada para pelaku usaha dari seluruh Indonesia di Pontianak, Senin (2/7) lalu. Sosialisasi yang diprakarsai Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ini adalah langkah awal dalam persiapan negosiasi CEPA dengan Uni Eropa.

Ketua Dewan Pengurus Nasional APINDO Sofjan Wanandi dalam sambutannya mengatakan, ada peluang yang sangat besar yang bisa digali dalam hubungan perdagangan dan investasi dengan Uni Eropa. Sayangnya, tambah Sofjan, peluang ini belum digali dengan maksimal. “Dalam bidang investasi, misalnya, investasi Uni Eropa di Malaysia jauh lebih besar daripada di Indonesia, padahal potensi kita lebih besar. Kita terlalu dininabobokan oleh kekayaan alam yang melimpah. Sekarang kita mulai merasakan defisit perdagangan. Harga komoditas-komoditas utama ekspor kita menurun.”

Sofjan menghimbau pengusaha untuk berperan aktif memberikan masukan kepada pemerintah tentang potensi dan tantangan penerapan CEPA sesuai dengan kekhususan daerahnya masing-masing. Masukan ini dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia dan Uni Eropa untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam negosiasi CEPA yang rencananya akan dimulai November mendatang. Dengan adanya masukan dari pelaku usaha sebelum CEPA ditandatangani, dampak buruk perjanjian perdagangan bebas seperti yang terjadi pada China ASEAN Free Trade Agreement tidak akan terjadi.
 
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN Julian Wilson memberikan paparan tentang situasi perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Uni Eropa. Di bidang perdagangan, ungkap Julian, Uni Eropa adalah mitra terbesar ketiga bagi Indonesia. Meskipun Uni Eropa sedang menghadapi krisis ekonomi, ekspor-impor antara Indonesia dengan Uni Eropa masih tumbuh. Sekarang nilainya mencapai lebih dari USD 30 miliar. Indonesia sendiri mengalami surplus perdagangan sebesar USD 8 miliar per tahun. Namun Julian mengingatkan, nilai perdagangan ini masih lebih kecil dibanding Singapura (USD 65 miliar), Malaysia (USD 45 miliar), atau bahkan Thailand (USD 40 miliar). Uni Eropa sendiri sedang melakukan diversifikasi ke pasar-pasar baru, tetapi menginginkan dijalinnya CEPA untuk mengamankan akses jangka panjang ke Uni Eropa.

Dalam bidang investasi, Uni Eropa adalah sumber investasi terbesar kedua bagi Indonesia. Secara keseluruhan investasi Uni Eropa di Indonesia meningkat dari EUR 800 juta pada 2006 menjadi sekitar EUR 2,8 miliar pada 2012. Lebih dari 1.000 perusahaan Uni Eropa di Indonesia mempekerjakan lebih dari 1 juta orang Indonesia. “Meski demikian, Indonesia baru memperoleh 1,6% dari investasi Uni Eropa di Asia. Malaysia yang jauh lebih kecil mendapat investasi dua kali lebih besar. Singapura bahkan mendapat investasi Uni Eropa lima kali lebih besar daripada Indonesia. Keadaan ini bisa diperbaiki melalui CEPA,” terang Julian.

Menurut Julian, CEPA akan menjadi perjanjian yang menguntungkan karena perdagangan Indonesia-Uni Eropa bersifat saling melengkapi, bukan persaingan langsung. Selain itu, CEPA juga akan menciptakan beberapa keuntungan langsung. Perjanjian ini akan menciptakan ekspor tambahan sebesar USD 9 miliar, terutama untuk industri ringan dan perlengkapan transportasi. CEPA juga akan mendorong perekonomian Indonesia dengan menciptakan PDB tambahan sebesar USD 6,3 miliar.


Julian Wilson juga optimistis bahwa CEPA akan menjadi perjanjian yang menguntungkan Indonesia dan Uni Eropa. Alasannya, konstruksi perjanjian ini ditopang juga oleh fasilitasi dan pengembangan kapasitas untuk menjamin kepentingan Indonesia. Dalam pengembangan kapasitas, dialog-dialog aktif antara pemerintah dan dunia usaha akan terus dijalin untuk mendiskusikan peluang dan hambatan dalam CEPA. Kerja sama teknis juga akan dilakukan untuk menemukan solusi teknis atas masalah-masalah yang ditemui. Selain itu, ada juga kerja sama keuangan untuk melaksanakan solusi teknis guna memperlancar hubungan dagang dan investasi.

Sementara itu, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo tidak menampik adanya dampak meresahkan dari China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA). Iman mengatakan, banyak pekerjaan rumah belum dilakukan dengan maksimal untuk menyiapkan dunia usaha dalam menyongsong CAFTA tersebut. Karenanya pemerintah menyambut baik sosialisasi CEPA yang juga bertujuan untuk mendapat masukan dari pelaku usaha sebagai pihak yang akan menjadi penerima manfaat utama dari CEPA. Masukan dari pelaku usaha sangat dibutuhkan pemerintah dalam penyusunan posisi runding.
 
Iman juga mengingatkan bahwa perundingan CEPA dapat berkembang menjadi kompleks dengan dimasukkannya isu-isu seperti tarif, sektor jasa dan investasi, belanja pemerintah, kebijakan persaingan, termasuk isu-isu sensitif seperti hak kekayaan intelektual, lingkungan, dan tenaga kerja. Tanpa persiapan yang baik, menurut Iman, hasil perundingan akan bersifat asimetris. Dalam menyongsong CEPA, Iman Pambagyo berpendapat bahwa pengembangan kapasitas perlu dilakukan untuk menyiapkan dunia usaha nasional dalam menghadapi persaingan di pasar domestik dan memanfaatkan pembukaan akses pasar secara maksimal. “Reformasi dan pengembangan kapasitas adalah kunci keberhasilan meraih manfaat dari persetujuan ini,” simpul Iman.
 
Kegiatan sosialisasi CEPA ini merupakan bagian dari kerja sama antara DPN APINDO dan Uni Eropa di bawah program “Advancing Indonesia’s Civil Society in Trade and Investment” (ACTIVE). Program ACTIVE mendukung penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil dalam bidang advokasi kebijakan, penelitian dan penyebarluasan informasi, serta peningkatan pelayanan kepada para anggotanya. Program ini juga bertujuan untuk menguatkan peran organisasi masyarakat sipil dalam meningkatkan kesiapan Indonesia dalam negosiasi CEPA serta meningkatkan pemahaman dunia usaha Indonesia tentang CEPA dalam strategi integrasi global. Informasi lebih lanjut mengenai program ACTIVE dapat diperoleh di:


Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan sosialisasi CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa serta implementasi program ACTIVE yang diselenggarakan oleh APINDO, silakan menghubungi:

 
Daniel P. Purba
Public Affairs and Media Officer APINDO-EU ACTIVE Project
Gd. Permata Kuningan Lt. 10
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C, Guntur-Setiabudi
Jakarta 12980 – Indonesia
Phone: +6221-8378 0824
Fax: +6221-8378 0823, 8378 0746
E-mail: daniel.purba@apindo.or.id
Twitter: @DPN_APINDO

_____________________________________________________________________________
DIPUBLIKASIKAN OLEH LSM YAYASAN PROMO SIJORI. MARI KITA DUKUNG SOSIALISASI BERSAMA:

Senin, 02 Juli 2012

BMW Group and Toyota Motor Corporation agree to further strengthen collaboration

Akio Toyoda, President of Toyota Motor Corporation (TMC) with Norbert Reithofer, Chairman of the Board of Management of BMW AG, at BMW Group headquarters in Munich

Tokyo/Munich. Akio Toyoda, President of Toyota Motor Corporation (TMC), met today with Norbert Reithofer, Chairman of the Board of Management of BMW AG, at BMW Group headquarters in Munich to announce the planned expansion of their existing cooperation initiated in December last year. The two companies signed a Memorandum of Understand-ing (MoU) aimed at long-term strategic collaboration in four fields: joint development of a fuel cell system, joint development of architecture and components for a future sports vehicle, collaboration on powertrain electrification and joint research and development on light-weight technologies.
Also today, Norbert Reithofer and Akio Toyoda of TMC both signed a Joint Statement to reconfirm their companies’ shared intention to strengthen the long-term, strategic collabora-tion between them.

Reithofer said: “We aim to further strengthen our competitive position in sustainable future technologies. We signed an MoU to this effect today. Toyota and the BMW Group share the same strategic vision of sustainable individual future mobility. Together we have a great opportunity to continue leading our industry through this transformation.”

Toyoda added: “BMW and Toyota both want to make ever-better cars. We respect each other. And I think this is shown by our taking the next step only six months since the signing of our initial agreement. Toyota is strong in environment-friendly hybrids and fuel cells. On the other hand, I believe BMW’s strength is in developing sports cars. I am excited to think of the cars that will result from this relationship.”

In March 2012, the BMW Group and TMC signed a binding agreement on collaborative research in the field of next-generation lithium-ion battery cells. In addition, the BMW Group and Toyota Motor Europe entered into a contract under which the BMW Group will supply highly-efficient 1.6 litre and 2.0 litre diesel engines to Toyota Motor Europe, starting in 2014.
Today’s MoU represents the companies’ agreement in December last year to identify and discuss other possible collaborative projects.